Selasa, 11 September 2012

Bahagia itu sederhana

Smartphone (: hape dg nomer Smart)   saya bergetar, pertanda ada notifikasi dari grup. Saya membuka lalu membacanya. Panggilan dari panitia tender pengadaan. Saya tertohok oleh sebuah cerita sederhana tentang Garang Asem.
Sudahkah kita bersyukur terhadap apa yang kita makan setiap hari? Ayam renyah dari restoran fastfood terkenal yang hangat, pizza dengan bermacam-macam topping yang lezat, serta berbagai olahan daging lainnya sering kita kita santap. Namun, sadarkah Anda di sebuah sudut kota  ada sekeluarga yang hanya bisa menikmati garang asem hanya ketika anaknya berulang tahun? Ya, hanya sebungkus garang asem. Harganya tak sampai dua puluh ribu, tapi belum tentu sekali dalam setahun mereka menikmatinya.Kalau kita? Sudah bosan dengan garang asem, berpikir berulang kali untuk makan garang asem di pinggir jalan karena masalah kebersihan, bahan baku-na lhah , penyedap rasa, dan karena gengsi.
Agak Siang itu saya baru sampe di kota Kudus, karena sudah sangat lapar, Bersama satu teman dai Surabaya ,saya mampir ke warung pinggir jalan yang menyediakan garang asem dan makanan sejenisnya. Sekilas tak ada yang salah di warung itu, sampai datang seorang bapak dengan gerobaknya. Ia seorang pemulung. Dalam gerobak itu ada seorang anak kecil, berusia sekitar 11 atau 12 tahun. Sementara di samping si Bapak, ada istrinya yang membantu mendorong gerobak.
Sang Bapak masuk ke warung, lalu memesan sebungkus garang asem, sementara saya sedang asyik dengan garang asem di piring saya. Setelah pesanannya selesai, dengan bahagia si bapak mengangsurkan bungkusan itu ke anaknya, “Makanlah, Nak, ini hadiah untukmu di hari istimewamu. Habiskanlah makanan ini.”
Saya melirik. Anak kecil itu melahap makanannya dengan semangat sementara ibu dan bapaknya hanya memandang dan tersenyum bahagia. Saya melongo ??///. Mereka hanya makan garang asem di saat yang istimewa, oh bukan mereka. Hanya anak mereka. Bagaimana dengan kita? Berapa restoran dan cafe yang kita kunjungi setiap minggu? Maka dari itu, bersyukurlah atas apa yang Tuhan berikan pada Anda.
 
So aku jadi teringat ma Rere, anak-ku, yg pada saat bersamaan jg berulangtaon.(: dalam benak, tersirat suatu rencana,Okay putraku, sayangku, sayang-e papa, nti papa pulang mpe rumah, kita makan garang asem, bikin sendiri, masak dewe yyo .cz di surabaya,rasa-ne sulit nyari makanan khas tsb).Serasa dalam ungkapan hati ,aku gemetar, haru, n kangen yg sangat.
 
Syukur Alhamdu, subhannallah, disaat luang pas ahad aku bisa neman-i si Rere bermain di tanah lapang, terbangkan maenan helikopter, Wuiihhh  bahagia-na kita. mank bukan pas ultah tapi selang 3 hari.No prob. MKasih  buat pa2ku yg jg ikut menemani  Rere bermaen, panas2 di tanah lapang.(: Kompak 3 generasi <bapak-anak-cucu> bisa bermaen bersama -> comment from my dear) .Semoga sehat2 selalu n umur panjang.

Sudahkah kita bersyukur hari ini? Sudahkah kita bersyukur untuk telur ceplok hangat dan nasi yang masih mengepul asapnya? Sudahkah kita mensyukuri bahwa hari ini masih bisa mengunjungi mall meski tak membeli apa-apa? Sudahkah kita bersyukur untuk jaringan internet yang sesekali ngadat tapi tak dinikmati orang lain? Saya belum, karena saya tak sadar itu adalah sebuah kenikmatan.> pengakuan< hehehe, kadang lemot dari operator, vendor pow user - na, mpe skrg msh tanda-tangan, tanda-tanya(:maksud-e dink).Wess embuhh, bila inget, jd mangkel ae, hiks
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar