Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah diciptakannya
pasangan-pasanganmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung padanya. Dan
Allah menjadikan di antara kalian perasaan tenteram dan kasih sayang. Pada yang
demikian ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.
Ketika tiba masa usia aqil baligh, maka perasaan ingin memperhatikan dan
diperhatikan lawan jenis begitu bergejolak. Banyak perasaan aneh dan
bayang-bayang suatu sosok berseliweran tak karuan. Kadang bayang-bayang itu
menjauh tapi kadang terasa amat dekat. Kadang seorang pemuda bisa bersikap acuh
pada bayang-bayang itu tapi kadang terjebak dan menjadi lumpuh. Perasaan sepi
tiba-tiba menyergap ke seluruh ruang hati. Hati terasa sedih dan hidup terasa
hampa. Seakan apa yang dilakukannya jadi sia-sia. Hidup tidak bergairah. Ada
setitik harapan tapi berjuta titik kekhawatiran justru mendominasi.
Perasaan semakin tak menentu ketika harapan itu mulai mengarah kepada lawan
jenis. Semua yang dilakukannya jadi serba salah. Sampai kapan hal ini
berlangsung? Jawabnya ada pada pemuda itu sendiri. Kapan ia akan menghentikan
semua ini. Sekarang, hari ini, esok, atau tahun- tahun besok. Semakin panjang
upaya penyelesaian dilakukan yang jelas perasaan sakit dan tertekan semakin tak
terperikan. Sebaliknya semakin cepat / pendek waktu penyelesaian diupayakan,
kebahagiaan & kegairahan hidup segera dirasakan. Hidup menjadi lebih
berarti & segala usahanya terasa lebih bermakna.
Penyelesaian apa yang dimaksud? Menikah! Ya menikah adalah alat solusi
untuk menghentikan berbagai kehampaan yang terus mendera. Lantas kapan? Bilakah
ia bisa dilaksanakan? Segera! Segera di sini jelas berbeda dengan tergesa-
gesa. Untuk membedakan antara segera dengan tergesa- gesa, bisa dilihat dari
dua cara :
Pertama, tanda-tanda hati. Orang yang mempunyai niat tulus, kata Imam Ja’far,
adalah dia yang hatinya tenang, sebab hati yang tenang terbebas dari pemikiran
mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari upaya membuat niat murni untuk
Allah dalam segala perkara. Kalau menyegerakan menikah karena niat yang jernih,
Insya Allah hati akan merasakan sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat menghadapi
masalah-masalah yang harus diselesaikan. Kita merasa yakin, meskipun harapan
& kekhawatiran meliputi dada. Lain lagi dengan tergesa-gesa. Ketergesaan
ditandai oleh perasaan tidak aman & hati yang diliputi kecemasan yang
memburu.
Kedua, tanda-tanda perumpamaan. Ibarat orang bikin bubur kacang hijau, ada
beberapa bahan yang diperlukan. Bahan paling pokok adalah gula & kacang
hijau. Jika gula & kacang hijau dimasukkan air kemudian direbus, maka akan
didapati kacang hijau tidak mengembang. Ini namanya tergesa-gesa. Kalau gula
baru dimasukkan setelah kacang hijaunya mekar ini namanya menyegerakan. Tapi
kalau lupa, tidak segera memasukkan gula setelah kacang hijaunya mekar cukup
lama orang akan kehilangan banyak zat gizi yang penting.
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda : “Tiga orang yang selalu diberi
pertolongan Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama
Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar & seorang yang menikah
untuk menjaga kehormatannya” (HR Thabrani)
Banyak jalan yang dapat menghantarkan orang kepada peminangan &
pernikahan. Banyak sebab yang mendekatkan dua orang yang saling jauh menjadi
suami istri yang penuh barakah & diridhai Allah. Ketika niat sudah mantap
& tekad sudah bulat, persiapkan hati untuk melangkah ke peminangan.
Dianjurkan, memulai lamaran dengan hamdalah & pujian lainnya kepada Allah
SWT. Serta Shalawat kepada Rasul-Nya. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah
SAW pernah bersabda : “Setiap perkataan yang tidak dimulai dengan bacaan
hamdalah, maka hal itu sedikit barakahnya (terputus keberkahannya)” HR
Abu Daud, Ibnu Majah & Imam Ahmad.
Setelah peminangan disampaikan, biarlah pihak wanita & wanita yang
bersangkutan untuk mempertimbangkan. Sebagian memberikan jawaban segera,
sebelum kaki bergeser dari tempat berpijaknya, sebab menikah mendekatkan kepada
keselamatan akhirat, sedang calon yang datang sudah diketahui akhlaqnya,
sebagian memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa memberi kepastian apakah
pinangan diterima atau ditolak, karena pernikahan bukan untuk sehari dua hari.
Apapun, serahkan kepada keluarga wanita untuk memutuskan. Mereka yang lebih
tahu keputusan apa yang terbaik bagi anaknya. Anda harus husnudzan pada mereka.
Bukankah ketika meminang wanita berarti anda mempercayai wanita yang diharapkan
oleh anda beserta keluarganya.
Keputusan apapun yang mereka berikan, sepanjang didasarkan atas musyawarah
yang lurus, akan baik dan Insya Allah memberi akibat yang baik bagi anda. Tidak
kecewa orang yang istikharah & tidak merugi orang yang musyawarah. Maka
apapun hasil musyawarah, sepanjang dilakukan dengan baik, akan membuahkan
kebaikan. Sebuah keputusan tidak bisa disebut buruk atau negatif, jika memang
didasarkan kepada musyawarah yang memenuhi syarat, hanya karena tidak memberi
kesempatan kepada anda untuk menjadi anggota keluarga mereka. Jika niat anda
memang untuk silaturrahim, bukankah masih tersedia banyak peluang untuk
menyambung?
Anda telah meminangnya dengan hamdalah, anda telah dimampukan datang oleh
Allah Yang Maha Besar. Dia-lah Yang Maha Lebih Besar. Semuanya kecil. Ada
pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabbah tentang meminang. Ketika
ia bersama Abu Ruwaihah menghadap kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan : “Jika
pinangan kami anda terima, kami ucapkan Alhamdulillah. Dan kalau anda menolak,
maka kami ucapkan Allahu Akbar.” Maka, kalau pinangan yang anda sampaikan
ditolak, agungkan Allah, semoga anda tetap berbaik sangka kepada Allah &
juga kepada keluarganya. Sebab bisa jadi, penolakan merupakan jalan pensucian
jiwa dari kedzaliman diri sendiri, bisa jadi penolakan merupakan proses untuk
mencapai kematangan, kemantapan & kejernihan niat. Sementara ada banyak hal
yang dapat mengotori niat. Bisa jadi Allah hendak mengangkat derajat anda,
kecuali anda justru malah merendahkan diri sendiri. Tapi hati perlu diperiksa,
jangan-jangan perasaan itu muncul karena ujub.
Kekecewaan, mungkin saja timbul. Barangkali ada perasaan yang perih,
barangkali juga ada yang merasa kehilangan rasa percaya diri saat itu. Ini
merupakan reaksi psikis yang wajar, kecewa adalah perasaan yang manusiawi,
tetapi ia harus diperlakukan dengan cara yang tepat agar ia tidak
menggelincirkan ke jurang kenistaan yang sangat gelap. Kecewa memang pahit.
Orang sering tidak tahan menanggung rasa kecewa, mereka berusaha membuang
jauh-jauh sumber kekecewaan. Sekilas nampak tidak ada masalah, tetapi setiap
saat berada dalam kondisi rawan. Perasaan itu mudah bangkit lagi dengan rasa
sakit yang lebih perih. Dan yang demikian tidak dikehendaki Islam. Islam
menghendaki kekecewaan itu menghilang perlahan-lahan secara wajar. Sehingga
kita bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan
obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses
yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih lama.
Kalau anda merasa kecewa, periksalah niat anda. Dibalik yang dianggap baik,
mungkin ada niat yang tidak lurus. Periksalah motif-motif yang melintas dalam
batin. Selama peminangan hingga saat menunggu jawaban. Kemudian biarkan hati
memproses secara wajar sampai menemukan kembali ketenangan secara mantap.
Tetapi kalau jawaban yang diberikan oleh keluarga wanita sesuai harapan,
berbahagialah sejenak. Bersyukurlah. Insya Allah kesendirian yang dialami
dengan menanggung rasa sepi sebentar lagi akan menghapus kepenatan selama di
luar rumah. Insya Allah sebentar lagi.
Tunggulah beberapa saat. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk
melakukan apa saja yang menjadi hak anda bersamanya. Akan tiba masanya anda
merasakan kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita yang telah mempercayakan
kesetiaannya kepada anda. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk menemukan
pangkuannya ketika anda risau.
Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata hati. Melalui pernikahan Allah
memberikan banyak keindahan & kemuliaan. Wanita boleh menawarkan Islam
memberikan penghormatan yang suci kepada niat & ikhtiar untuk menikah.
Nikah adalah masalah kehormatan agama, bukan sekedar legalisasi penyaluran
kebutuhan biologis dengan lawan jenis. Islam memperbolehkan kaum wanita untuk
menawarkan dirinya kepada laki-laki yang berbudi luhur, yang ia yakini
kehormatan agamanya, dan kejujuran amanahnya menjadi suaminya. Dan Khadijah r.a
atas teladan bagi wanita yang bermaksud untuk menawarkan diri.
Sikap menawarkan diri menunjukkan ketinggian akhlaq & kesungguhan untuk
mensucikan diri. Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah & untuk
mendapatkan pahala-Nya, Allah pasti mencatatnya sebagai kemuliaan & mujahadah
yang suci. Tidak peduli tawarannya diterima atau ditolak, terutama kalau ia
tidak mempunyai wali. Insya Allah, jika sikap menawarkan diri dilakukan dengan
ketinggian sopan santun, tidak akan menimbulkan akibat kecuali yang maslahat.
Seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan yang mendalam pasti akan
meninggikan penghormatan seperti ini, kecuali laki-laki yang rendah & tidak
memiliki kehormatan, kecuali sekedar apa yang disangkanya sebagai kebaikan.
Imam Bukhari menceritakan cerita dari Anas r.a
ada seorang wanita yang datang menawarkan diri kepada Rasulullah SAW dan
berkata : “Ya Rasulullah! Apakah baginda membutuhkan daku?” Putri Anas yang
hadir & mendengarkan perkataan wanita itu mencela sang wanita yang tidak
punya harga diri & rasa malu, “Alangkah sedikitnya rasa malunya, sungguh
memalukan, sungguh memalukan.” Anas berkata kepada putrinya : “Dia lebih baik
darimu, Dia senang kepada Rasulullah SAW lalu dia menawarkan dirinya untuk
beliau!”
(HR Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar